Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengapa Gadget Tidak Bijak Dikenalkan Kepada Anak Sejak Dini

Mengapa Gadget Tidak Bijak Dikenalkan Kepada Anak Sejak Dini

Mengapa Gadget Tidak Bijak Dikenalkan Kepada Anak Sejak Dini
- Saat ini hampir seluruh masyarakat di dunia adalah digital savvy, artinya jika semua orang sudah digital savvy, tentu sudah tidak asing lagi dengan gadget.

Gadget merupakan salah satu alat komunikasi elektronik, keberadaan alat komunikasi ini dirasa sangat berguna bagi penggunanya untuk kehidupan saat ini, seiring dengan perkembangan zaman semakin banyak orang yang menggunakan alat ini dari berbagai asal meskipun pada awal keberadaannya gadget, pengguna hal ini untuk orang dewasa saja. , tapi sekarang kita hanya bisa melihat dari lingkungan sekitar kita saja, banyak anak-anak yang hidup di zaman ini sudah memiliki gadget sendiri dan lebih sibuk dengan gadgetnya daripada belajar atau lingkungan sekitarnya.

Mengapa Gadget Tidak Bijak Dikenalkan Kepada Anak Sejak Dini

Disini peran orang tua sangat penting dalam mendidik dan mengawasi anaknya. Sebaiknya orang tua menanamkan literasi digital pada anak agar anak tidak hanya disibukkan dengan game, media sosial dan hal sepele lainnya seperti membuka website yang dilarang.

Bijak Menggunakan Handphone Dalam Literasi Digital!

Sehingga anak dapat lebih mengenal dunia digital, menjadi lebih bijak dan mampu memposisikan diri, membedakan ilmu mana yang baik untuk diserap dan mana yang harus dihindari. Literasi digital adalah minat, sikap, dan kemampuan individu untuk menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan baru, berkreasi, dan berkomunikasi dengan orang lain untuk berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat.

Perkembangan era digital ini akan memberikan dampak negatif jika kita tidak dapat menggunakan digital dengan baik. Terutama bagi anak-anak yang akan terkena dampak negatif seperti tidak mengenal lingkungannya dengan baik dan tidak mengenal orang lain karena terlalu sibuk dengan gadgetnya.

Menurut Ismayati (2017:61), kemajuan teknologi informasi dan internet telah menyebabkan melimpahnya sumber informasi digital. Keadaan pelajar di Indonesia saat ini yang merupakan generasi digital native sangat bergantung pada pencarian informasi di internet. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik dan pustakawan sekolah sebagai tenaga kependidikan harus memiliki keterampilan informasi yang baik untuk mengajarkan siswa keterampilan informasi di era digital. Lingkungan digital ini mempertanyakan banyak asumsi tentang bagaimana pendidikan harus disampaikan, bagaimana siswa harus belajar, bagaimana informasi disebarluaskan, dan kompetensi digital apa yang dibutuhkan untuk berfungsi dalam masyarakat teknologi. (AlQallaf, C. dan Al-Mutairi, A. 2016: 523).

Karena siswa di Indonesia melihat negara sebagai generasi digital native, bantuan dari orang tua sangat dibutuhkan saat mereka berada di rumah sebagai perpanjangan pembelajaran di sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh Davidson (2011) bahwa untuk menggunakan media digital secara positif, anak membutuhkan bantuan dari orang tuanya. (di www.proceeding.unnes.ac.id)

Edutech Anak Cerdas Mengenalkan Literasi Keuangan Untuk Anak

Orang tua merupakan aktor utama dalam perkembangan sosialisasi anak dan dalam memantau anak dari pengaruh buruk gadget. Saat ini, orang tua juga terlihat sibuk dengan gadgetnya dan tidak tertarik dengan anaknya. Walaupun orang tua harus lebih mengawasi anaknya saat menggunakan gadget, dan orang tua harus mengenalkan literasi digital kepada anak, ternyata literasi digital ini sangat penting untuk dikenalkan sejak dini agar anak bisa menggunakannya dengan baik dan benar nantinya. Literasi digital adalah harapan semua orang, termasuk anak-anak, memungkinkan mereka untuk berpikir kritis, kreatif dan inovatif, mampu memecahkan masalah, berkomunikasi lebih lancar dan mampu berkolaborasi dengan orang lain.

Cara mengenalkan literasi digital pada anak adalah menyepakati jenis permainan yang akan dimainkan anak, menjelaskan kepada anak dampak positif dan negatif dari permainan yang dimainkan atau ditontonnya, memantau anak dengan berteman di media sosial anak, mengingatkan anak saat ingin bermain untuk bertemu teman di ruang maya sebaiknya didampingi oleh orang tuanya, orang tua juga harus lebih tanggap terhadap apa yang anaknya lakukan atau jika ada perubahan perilakunya. Peka terhadap, misalnya, anak tiba-tiba tidak mau sekolah, dan dorong anak menggunakan teknologi digital untuk belajar dan menimba ilmu. Berikan contoh untuk anak-anak.

Untuk mengatasi masalah penyalahgunaan informasi dan pemahaman anak yang lebih baik, orang tua harus mengontrol, mendukung dan memantau semua kegiatan yang berkaitan dengan teknologi digital yang dilakukan oleh anak-anak mereka. Dengan secara berkala memeriksa apa yang dapat mereka akses.

Merujuk pada pendapat O'Brein & Scherber, kalangan terpelajar harus lebih berhati-hati dalam meneliti informasi yang berkualitas, mengingat arus informasi berbasis digital saat ini berkembang sangat pesat. Kompetensi digital dapat digunakan sebagai alat bantu belajar yang berkelanjutan. Puspito (dalam Mustofa dan Hani, 2019: 124).

Playgroup & Taman Kanak Kanak |

Pemanfaatan barang digital tidak hanya memudahkan tetapi juga memberikan gagasan lain yang bersifat otentik terhadap materi digital, seperti untuk kegunaan lain yaitu menumbuhkan rasa senang membaca di luar jam pelajaran, menumbuhkan harga diri sebagai pembaca yang baik, dan meningkatkan penggunaan sumber referensi yang diperbarui.

Dalam mengimplementasikan literasi digital dalam gerakan literasi sekolah menurut Puspito, sekolah didorong untuk dapat mengembangkan kebiasaan literasi yang baik terkait dengan isu-isu tersebut, pertama menciptakan suasana ramah literasi, salah satu upaya yang dapat digunakan adalah dengan mengembangkan kebiasaan mempublikasikan hasil belajar siswa di seluruh pelosok wilayah sekolah agar lingkungan sekolah tercipta suasana yang nyaman, pertukaran dapat dilakukan secara bergilir untuk menjamin kesempatan bagi seluruh siswa yang terpengaruh. Kedua, untuk memperjuangkan lingkungan sosial dan afektif sekolah sebagai bentuk literal dari komunikasi dan interaksi, lingkungan sosial dan afektif dirancang dan diperluas dengan pemberian hadiah atas kerja keras siswa, ini adalah bentuk pengakuan bagi semua siswa. bekerja. Yang terakhir mempertahankan sekolah sebagai lingkungan akademik yang melek huruf, sekolah di mana mereka dapat membentuk kelompok literasi etis untuk melakukan evaluasi, implementasi, dan perencanaan program. Mustofa dan Hani (2019:125).

Anak-anak sangat perlu belajar tentang literasi digital sejak dini karena mereka tidak akan mengalami kesulitan di masa depan, serta membantu mereka untuk dapat berpikir kritis, kreatif dan inovatif, dapat memecahkan masalah dan berkomunikasi dengan lebih lancar dan mampu untuk bekerja sama dengan orang lain.

Jadi orang tua yang sudah mengizinkan atau menitipkan gadget pada anaknya disini, orang tua memiliki peran tambahan yaitu mendidik anaknya agar bijak dalam menggunakan gadget dan memantau apa saja yang dilakukan anaknya untuk merambah dunia digital, orang tua dapat mengenalkan hal-hal yang positif, yang dapat membangun sikap anak agar kedepannya anak juga dapat membatasi diri dan dapat membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh digunakan, seperti membuka tempat yang dilarang, agar anak terbiasa dan dapat menggunakannya dengan bijak. Namanya Risa, dia berumur 3 tahun. Dia sangat menyukai video "Baby Shark" yang diputar dari aplikasi smartphone orangtuanya. Risa juga suka memutar video lagu "Tak Tung Tuan" yang sedang hits saat ini. Ketika dia asyik dengan video-video ini, dia suka lupa waktu, bahkan marah ketika diganggu.

Tips Agar Anak Tidak Kecanduan Gadget, Orang Tua Harus Tau!

Orang tua Risa, Ana, 23 tahun, memiliki warung makan di depan rumah yang akan mereka jalankan di kawasan Kota Tua Jakarta. Dia memulai bisnis sambil merawat putrinya. Kondisi ini memungkinkan Anna untuk membebaskan Risa bermain gadget atau gizmos sesuai keinginannya. Total dalam sehari, Risa bisa menghabiskan waktu dengan ponselnya selama 3 jam.

Ana tidak sendiri, fenomena seperti ini tidak hanya terdapat di Indonesia. Di era digital, kemajuan teknologi seolah menggeser peran orang tua dalam membesarkan anak. Anak-anak biasa bermain smartphone atau tablet di rumah, di pinggir jalan atau di angkutan umum. Sedangkan orang tua mereka juga disibukkan dengan pekerjaan lain yang tidak kalah penting dari anak-anak mereka.

Sebuah survei yang dilakukan oleh baby.co.uk, sebuah situs web bayi yang berbasis di Birmingham, Inggris pada tahun 2013 berjudul “Do Babies Use Smartphones?” menemukan bahwa 55 persen orang tua mengizinkan anaknya menggunakan smartphone.

Dari jumlah tersebut, 30 persen memungkinkan perangkat digunakan kurang dari 1 jam per hari. Sebaliknya, ada 14 persen orang tua yang memberikan tempat bermain kepada anaknya

Begini Cara Mengenalkan Teknologi Pada Anak Usia Dini

Apa yang dilakukan anak memang memiliki konsekuensi. Kecenderungan anak-anak Gen Z memiliki lebih banyak "screen time" dibandingkan generasi sebelumnya. Selain berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan, juga untuk kesehatan panca indera.

Orang tua biasanya mendorong banyak aktivitas fisik saat anak masih balita. Balita perlu aktif setidaknya selama tiga jam untuk mendukung pertumbuhan yang sehat. American Academy of Pediatrics (AAP) bahkan melarang anak di bawah usia 2 tahun untuk memiliki "waktu layar".

Alasannya sederhana, waktu yang seharusnya Anda habiskan untuk belajar merangkak, berdiri, berjalan, dan berbicara terganggu oleh gadget. Anak-anak juga rentan terhadap obesitas, insomnia, imajinasi tumpul, prestasi akademik rendah, dan berbagai masalah penglihatan.

Dr Johan A. Hutauruk, SpM(K), dokter spesialis mata, mengatakan meski emisi gadget tidak terlalu besar karena kemajuan teknologi. Namun. paparan yang terlalu lama tetap menyebabkan mata mengalami rabun jauh. Kondisi ini terjadi karena mata dipaksa bekerja terus menerus tanpa istirahat dan nutrisi yang cukup.

Pdf) Menyamakan Pola Pikir Orangtua, Guru, Dan Siswa

“Anak-anak sekarang lebih banyak kontra karena paparan ini, ditambah lagi kurang konsumsi sayur dan buah,” ujar Johan

Ia juga menyampaikan bahwa aktivitas di luar ruangan lebih berdampak positif bagi kesehatan mata. Idealnya, “screen time” anak dibatasi maksimal 1-2 jam per hari. Istirahat lima menit setiap setengah jam juga diperlukan selama periode ini.

” mengklaim bahwa kecanduan anak terhadap gadget kini dapat disamakan dengan kecanduan alkohol atau heroin ketika perangkat tersebut disita oleh orang lain.

Ada orang tua yang rela merogoh kocek hingga £16.000 agar anaknya menjalani program 'detoksifikasi digital' selama 28 hari di Nightingale Mental Health Hospital di London.

Dampak Penggunaan Gadget Dalam Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Dini

Sebelum mencapai fase negatif, sebaiknya orang tua mulai menyadari bahwa kondisi beberapa anak yang kecanduan gawai bisa terbawa dari kebiasaan orang tuanya. Anak-anak melihat orang tuanya juga asyik bermain gadget, sehingga mereka pun tertarik dengan kegiatan tersebut.

Padahal, dengan pesatnya perkembangan teknologi, hampir tidak mungkin menjauhkan anak-anak dari perangkat pintar pada umumnya. Apa yang bisa dilakukan orang?

Cara mengajarkan anak hafal alquran sejak dini, cara mendidik anak sejak dini, melihat bakat anak sejak dini, cara agar anak hafal alquran sejak dini, mendidik anak sejak dini, cara mengajarkan anak baca alquran sejak dini, cara mencegah stroke sejak dini, cara mengajari anak hafal alquran sejak dini, tips mendidik anak sejak dini, mencegah prostat sejak dini, membuat anak pintar sejak dini, pendidikan anak sejak dini